Secret
Lagi-lagi Vando
harus menunggu jam pelaran fisika selesai agar bisa masuk kelas. Ya, hari ini Vando
telat untuk kesekian kalinya dan masih
dengan alasan yang sama. Memang iman Vando tidak cukup kuat untuk menahan hawa nafsunya
menonton tim kesayangannya Real Madrid di lapangan hijau walau hanya di layar
kaca.
Dengan berat hati Vando menuju lapangan
upacara SMA Bougenville ini untuk meletakan kelima jarinya di ujung alis
sebagai hukumannya hari ini. Teriknya matahari pagi cukup membuat Vando merasa tidak nyaman hingga ia melihat seorang
siswi yang mengenakan seragam putih abu-abu jalan tergesa-gesa melewatinya.
‘Cantik’ mungkin hanya itu yang ada di fikiran Vando saat ini.
“Siapa dia? Kok gak pake baju batik?
Cantik cantik salah kostum, malu-maluin aja. Apa dia anak baru ya? Kelas
berapa? Hem gue harus tau siapa dia.” Batin Vando terus bertanya-tanya.
Jam istirahat tiba, kini saatnya Vando
memulai aksinya untuk mencari siapa gadis yang sudah memenuhi fikiranya sejak
pagi tadi. Vando mulai mencari dari kelas 10 sampai kelas 12, tapi nihil yang
ia dapat. Ia tidak mendapatkan satu siswa pun yang mengenakan pakaian putih
abu-abu. Bahkan sampai bel pulang sekolah berdering Vando belum menemukan gadis
itu. Mau tidak mau Vando harus pulang tanpa bisa mengetahui siapa gadis itu.
Namun, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Vando.
“Hei, mau nanya.” Tanya seseorang yang menepuk
pundak Vando tadi. Seketika bibir manis Vando tersenyum lebar tanda bahagia.
“Hem iya mau nanya apa?” Tanya Vando
mencoba santai dan menutupi kekagumanya terhadap sosok cantik dihadapanya ya
tentu saja agar tetap terlihat stay cool.
“Saya mau nanya angkutan umum ke
perumahan Djoyo Kusumo kira-kira naik apa ya?” Tanya gadis itu.
“Hah? Perumahan apaan? Gue gak tau.
Emang lo tinggal disana? Kalo lo mau gue bisa anter lo, tapi mungkin nanti gue
nanya-nanya orang dulu. Lo mau?” Tawar Vando.
“Tidak, terimakasih. Saya mencari
angkutan saja.” Jawaban ini seakan menjatuhkan harga diri Vando yang selama ini
tidak pernah di perlakukan secuek ini oleh seorang gadis.
“Eh tunggu, nama lo siapa?” Segera Vando
mencegah gadis yang ingin meninggalkannya itu.
“Ina.” Jawab gadis itu singkat dan
meninggalkan Vando dalam keheningan.
Sesampainya dirumah Vando masih memikirkan
gadis yang ternyata bernama Ina itu. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia di
perlakukan tidak enak oleh seorang wanita. Mengingat popularitasnya yang cukup
tinggi disekolah ini memanglah sebuah penurunan harga diri yang cukup tajam
untuk seorang Rivando Aviarezky.
“Ina? Ina apaan? Kok agak.. hahaha apaan
si gue kok jadi mikir kesana haha.” Fikiran Vando terus dipenuhi tentang Ina.
Vando dijajah oleh fikirannya tentang
Ina hingga ia membuka laptopnya dan mencari letak perumahan tempat Ina tinggal.
Namun, bukan lokasi yang ia temukan melainkan sebuah artikel sejarah yang ditulis
oleh Djoyo Kusumo yang menerangkan tentang pembunuhan tragis disalah satu
sekolah yang keberadaannya dirahasiakan.
Esok harinya seperti biasa Vando
terlambat masuk kelas, alhasil ruang bk sudah menjadi sasaran utama yang harus
ia tuju pagi ini. Disana ada guru bimbingan konseling yang sudah siap untuk
melontarkan hukuman kepada Rivando Hari ini. Cukup berat hukuman hari ini,
karena Vando harus membersihkan alat peraga yang ada di lab. Biologi yang sudah
lama tidak dipakai.
Di sana Vando menemukan sebuah map merah
yang usang dan berdebu. Ia membuka perlahan map tersebut yang ternyata berisi biodata
siswa-siswi SMA Negeri 10 yang entah mengapa bisa ada di SMA Bougenville ini
yang jelas-jelas adalah sekolah swasta. Dua nama yang Vando temukan pada map
itu adalah Douglas van Hire dan Warinah Seketi. Rasa penasaran Vando tidak
berhenti sampai disini. Ia memutuskan untuk menanyakan hal ini kepada Pak Jiun
yang sudah berkerja lama sebagai OB di sekolah ini.
“Pak, SMA Negeri 10 itu dimana sih?”
Tanya Vando tanpa basa-basi saat menemui Pak Jiun.
“Emang kenapa kamu nanya-nanya gitu?”
Jawab Pak Jiun singkat.
“Gak apa-apa sih pingin tau aja.” Jawab
Vando tak kalah singkat.
“Sebenarnya SMA Negeri 10 itu ya sekolah
ini. Tapi sejak pemiliknya pindah tangan, sekolah ini berubah menjadi sekolah
swasta.” Jelas Pak Jiun.
“Terus bapak tau siapa itu Douglas van
Hire gak pak?”
“Oh kalo gak salah itu nama kepala
sekolah terakhir sebelum berubah jadi SMA Bougenville ini, 51 tahun yang lalu.”
“Tapi kenapa sekolahan ini diganti jadi
sekolahan swasta, Pak?” Vando terus bertanya.
“Kalo itu sih saya gak tau.” Jawab Pak
Jiun.
“Hem,
pak ada gak sih cerita cerita mistis disini?”
“Hih kepo.” Jawab Pak Jiun santai dan
meniggalkan Vando dalam tanda tanya besar.
Vando kembali ke kelas untuk melanjutkan
pelajaran. Selama jam pelajaran berlangsung semua berjalan tertib sampai tiba
saatnya Bu Merlin selaku guru mata pelajaran memberikan kesempatan bertanya
kepada para siswa.
“Iya kamu yang dibelakang mau nanya
apa?” Tanya Bu Merlin
“Ibu ngomong sama siapa, Bu? Itu
bangkunya kosong.” Jawab salah seorang siswi.
“Itu, siapa nama kamu? Siapa? Ina? Iya
Ina mau nanya apa?” kallimat ini berhasil membuat mata sipit Vando membesar dua
kali lipat.
Bel pulang sekolah berbunyi. Vando
segera menuju parkiran, namun langkahnya terhenti saat melalui lab. Biologi.
Vando segera masuk kedalam lab. Biologi dan mencari map merah itu. Namun bukan
map merah yang ditemukan melainkan tumpukan surat yang sudah terlihat kumal.
Vando mengambil surat paling atas dan membaca surat itu. Itu adalah sebuah
surat dispensasi untuk seorang siswa bernama Warinah Seketi, nama yang sama
saat ia menemukan map sebelumnya. Dan terlihat jelas tanggal surat itu dibuat
’27 september 1957’.
Vando segera keluar dari lab. Biologi dan memacu motornya
untuk segera pulang dan menjernihkan fikiranya. Baru saja Vando sampai di depan
pintu gerbang sekolahnya ia melihat Ina berdiri melambaikan tangannya kepada
Vando. Sontak Vando kaget dan menghentikan laju motornya. Dan Ina hilang dari
pandangan mata Vando.
Dirumah, Vando kembali mencari informasi
tentang SMA Negeri 10 dan Warinah Seketi. Namun tidak ada artikel yang bisa
menjabarkan dan menerangkan tentang apa yang Vando cari.
“Oke gue yakin banget kalo Ina bukan
siswi Bougenville. Terus dia siapa? Apa dia salah satu siswa SMA 10? Apa dia
bukan manusia? Tapi apa tujuan dia?” fikiran-fikiran Vando mulai dipenuhi oleh
Ina.
Keesokannya Vando melancarkan rencananya,
ia sengaja datang terlambat agar diberi hukuman untuk membersihkan lab. Biologi
oleh guru bk. Di sana Vando terus menelusuri bagian-bagian yang mungkin tidak
terjangkau. Benar saja, ia menemukan sebuah ruangan kecil yang sangat sempit.
Rasanya tidak mungkin ada orang yang mau masuk kedalamnya karena memang ini
ruangan yang sangat sulit dijangkau. Di dalamnya ada sebuah Koran lama yang
masih menggunakan bahasa Indonesia
dengan ejaan yang belum disempurnakan. Di Koran itu tertulis bahwa sebuah pembantaian
terjadi di SMA 10.
“SMA 10? Berarti sekolah ini? Pantes aja
kalo banyak hal aneh disekolah ini.” Kata Vando sambil membaca artikel Koran
itu.
Tiba-tiba angin kencang berhembus
membuat koran-koran itu berterbangan. Dan seketika bayangan laki-laki paruh
baya dengan bagian tubuh yang tidak lengkap muncul dihadapan Vando. Di dada
laki-laki itu terlihat luka bekas tembakan dan tepat dibagian atas luka
tersebut tertera name tag kecil bertuliskan Douglas van Hire. Dengan rasa takut
yang amat tinggi ia mulai menenangkan dirinya agar tidak hanyut di hantam rasa
takut.
“Douglas van Hire!” Kata Vando kaget
saat membaca name tag yang tertera pada dada Douglas. Dan tiba-tiba muncul
bayangan Ina dibelakang Douglas.
“Siapa sebenenarnya kalian ini? Apa yang
kalian inginkan.” Teriak Vando.
“Kematianmu tuan muda Lazuardi.” Rintih
Ina sambil mencekik leher Vando.
“Arggh… apa maksud lo? Lepasin gue!”
teriak Vando dalam kesakitan.
“Dendam kami tidak akan terlepaskan
sebelum kamu lenyap dari dunia ini.” Kata Ina mencengkram leher Vando semakin
erat.
Detik-detik terasa sangat lamban bagi
Vando sekarang ini, ajal sudah menjemputnya dan Vando meninggal dalam keadaan
yang tragis. Seiring dengan kematian Vando koran-koran yang berterbangan mulai
mendarat perlahan dilantai. Dan tertulis jelas kejadian pembantaian yang
terjadi di SMA Negeri 10 yang di pimpin oleh orang pribumi bernama Suhaimin
Mahathir Lazuardi yang tidak lain adalah kakek kandung Vando Aviaresky
Lazuardi.
T A M A T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar