Rabu, 01 April 2015

Cerpen (Secret)

Secret


Lagi-lagi Vando harus menunggu jam pelaran fisika selesai agar bisa masuk kelas. Ya, hari ini Vando  telat untuk kesekian kalinya dan masih dengan alasan yang sama. Memang iman Vando  tidak cukup kuat untuk menahan hawa nafsunya menonton tim kesayangannya Real Madrid di lapangan hijau walau hanya di layar kaca.

Dengan berat hati Vando menuju lapangan upacara SMA Bougenville ini untuk meletakan kelima jarinya di ujung alis sebagai hukumannya hari ini. Teriknya matahari pagi cukup membuat Vando  merasa tidak nyaman hingga ia melihat seorang siswi yang mengenakan seragam putih abu-abu jalan tergesa-gesa melewatinya. ‘Cantik’ mungkin hanya itu yang ada di fikiran Vando  saat ini.

“Siapa dia? Kok gak pake baju batik? Cantik cantik salah kostum, malu-maluin aja. Apa dia anak baru ya? Kelas berapa? Hem gue harus tau siapa dia.” Batin Vando terus bertanya-tanya.

Jam istirahat tiba, kini saatnya Vando memulai aksinya untuk mencari siapa gadis yang sudah memenuhi fikiranya sejak pagi tadi. Vando mulai mencari dari kelas 10 sampai kelas 12, tapi nihil yang ia dapat. Ia tidak mendapatkan satu siswa pun yang mengenakan pakaian putih abu-abu. Bahkan sampai bel pulang sekolah berdering Vando belum menemukan gadis itu. Mau tidak mau Vando harus pulang tanpa bisa mengetahui siapa gadis itu. Namun, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Vando.


“Hei, mau nanya.” Tanya seseorang yang menepuk pundak Vando tadi. Seketika bibir manis Vando tersenyum lebar tanda bahagia.

“Hem iya mau nanya apa?” Tanya Vando mencoba santai dan menutupi kekagumanya terhadap sosok cantik dihadapanya ya tentu saja agar tetap terlihat stay cool.

“Saya mau nanya angkutan umum ke perumahan Djoyo Kusumo kira-kira naik apa ya?” Tanya gadis itu.

“Hah? Perumahan apaan? Gue gak tau. Emang lo tinggal disana? Kalo lo mau gue bisa anter lo, tapi mungkin nanti gue nanya-nanya orang dulu. Lo mau?” Tawar Vando.

“Tidak, terimakasih. Saya mencari angkutan saja.” Jawaban ini seakan menjatuhkan harga diri Vando yang selama ini tidak pernah di perlakukan secuek ini oleh seorang gadis.

“Eh tunggu, nama lo siapa?” Segera Vando mencegah gadis yang ingin meninggalkannya itu.

“Ina.” Jawab gadis itu singkat dan meninggalkan Vando dalam keheningan.

 Sesampainya dirumah Vando masih memikirkan gadis yang ternyata bernama Ina itu. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia di perlakukan tidak enak oleh seorang wanita. Mengingat popularitasnya yang cukup tinggi disekolah ini memanglah sebuah penurunan harga diri yang cukup tajam untuk seorang Rivando Aviarezky.

“Ina? Ina apaan? Kok agak.. hahaha apaan si gue kok jadi mikir kesana haha.” Fikiran Vando terus dipenuhi tentang Ina.

Vando dijajah oleh fikirannya tentang Ina hingga ia membuka laptopnya dan mencari letak perumahan tempat Ina tinggal. Namun, bukan lokasi yang ia temukan melainkan sebuah artikel sejarah yang ditulis oleh Djoyo Kusumo yang menerangkan tentang pembunuhan tragis disalah satu sekolah yang keberadaannya dirahasiakan.

Esok harinya seperti biasa Vando terlambat masuk kelas, alhasil ruang bk sudah menjadi sasaran utama yang harus ia tuju pagi ini. Disana ada guru bimbingan konseling yang sudah siap untuk melontarkan hukuman kepada Rivando Hari ini. Cukup berat hukuman hari ini, karena Vando harus membersihkan alat peraga yang ada di lab. Biologi yang sudah lama tidak dipakai.

Di sana Vando menemukan sebuah map merah yang usang dan berdebu. Ia membuka perlahan map tersebut yang ternyata berisi biodata siswa-siswi SMA Negeri 10 yang entah mengapa bisa ada di SMA Bougenville ini yang jelas-jelas adalah sekolah swasta. Dua nama yang Vando temukan pada map itu adalah Douglas van Hire dan Warinah Seketi. Rasa penasaran Vando tidak berhenti sampai disini. Ia memutuskan untuk menanyakan hal ini kepada Pak Jiun yang sudah berkerja lama sebagai OB di sekolah ini.

“Pak, SMA Negeri 10 itu dimana sih?” Tanya Vando tanpa basa-basi saat menemui Pak Jiun.

“Emang kenapa kamu nanya-nanya gitu?” Jawab Pak Jiun singkat.

“Gak apa-apa sih pingin tau aja.” Jawab Vando tak kalah singkat.

“Sebenarnya SMA Negeri 10 itu ya sekolah ini. Tapi sejak pemiliknya pindah tangan, sekolah ini berubah menjadi sekolah swasta.” Jelas Pak Jiun.

“Terus bapak tau siapa itu Douglas van Hire gak pak?”

“Oh kalo gak salah itu nama kepala sekolah terakhir sebelum berubah jadi SMA Bougenville ini, 51 tahun yang lalu.”

“Tapi kenapa sekolahan ini diganti jadi sekolahan swasta, Pak?” Vando terus bertanya.

“Kalo itu sih saya gak tau.” Jawab Pak Jiun.

 “Hem, pak ada gak sih cerita cerita mistis disini?”

“Hih kepo.” Jawab Pak Jiun santai dan meniggalkan Vando dalam tanda tanya besar.

Vando kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Selama jam pelajaran berlangsung semua berjalan tertib sampai tiba saatnya Bu Merlin selaku guru mata pelajaran memberikan kesempatan bertanya kepada para siswa.

“Iya kamu yang dibelakang mau nanya apa?” Tanya Bu Merlin

“Ibu ngomong sama siapa, Bu? Itu bangkunya kosong.” Jawab salah seorang siswi.

“Itu, siapa nama kamu? Siapa? Ina? Iya Ina mau nanya apa?” kallimat ini berhasil membuat mata sipit Vando membesar dua kali lipat.

Bel pulang sekolah berbunyi. Vando segera menuju parkiran, namun langkahnya terhenti saat melalui lab. Biologi. Vando segera masuk kedalam lab. Biologi dan mencari map merah itu. Namun bukan map merah yang ditemukan melainkan tumpukan surat yang sudah terlihat kumal. Vando mengambil surat paling atas dan membaca surat itu. Itu adalah sebuah surat dispensasi untuk seorang siswa bernama Warinah Seketi, nama yang sama saat ia menemukan map sebelumnya. Dan terlihat jelas tanggal surat itu dibuat ’27 september 1957’.

Vando segera  keluar dari lab. Biologi dan memacu motornya untuk segera pulang dan menjernihkan fikiranya. Baru saja Vando sampai di depan pintu gerbang sekolahnya ia melihat Ina berdiri melambaikan tangannya kepada Vando. Sontak Vando kaget dan menghentikan laju motornya. Dan Ina hilang dari pandangan mata Vando.

Dirumah, Vando kembali mencari informasi tentang SMA Negeri 10 dan Warinah Seketi. Namun tidak ada artikel yang bisa menjabarkan dan menerangkan tentang apa yang Vando cari.

“Oke gue yakin banget kalo Ina bukan siswi Bougenville. Terus dia siapa? Apa dia salah satu siswa SMA 10? Apa dia bukan manusia? Tapi apa tujuan dia?” fikiran-fikiran Vando mulai dipenuhi oleh Ina.

Keesokannya Vando melancarkan rencananya, ia sengaja datang terlambat agar diberi hukuman untuk membersihkan lab. Biologi oleh guru bk. Di sana Vando terus menelusuri bagian-bagian yang mungkin tidak terjangkau. Benar saja, ia menemukan sebuah ruangan kecil yang sangat sempit. Rasanya tidak mungkin ada orang yang mau masuk kedalamnya karena memang ini ruangan yang sangat sulit dijangkau. Di dalamnya ada sebuah Koran lama yang masih  menggunakan bahasa Indonesia dengan ejaan yang belum disempurnakan. Di Koran itu tertulis bahwa sebuah pembantaian terjadi di SMA 10.

“SMA 10? Berarti sekolah ini? Pantes aja kalo banyak hal aneh disekolah ini.” Kata Vando sambil membaca artikel Koran itu.

Tiba-tiba angin kencang berhembus membuat koran-koran itu berterbangan. Dan seketika bayangan laki-laki paruh baya dengan bagian tubuh yang tidak lengkap muncul dihadapan Vando. Di dada laki-laki itu terlihat luka bekas tembakan dan tepat dibagian atas luka tersebut tertera name tag kecil bertuliskan Douglas van Hire. Dengan rasa takut yang amat tinggi ia mulai menenangkan dirinya agar tidak hanyut di hantam rasa takut.

“Douglas van Hire!” Kata Vando kaget saat membaca name tag yang tertera pada dada Douglas. Dan tiba-tiba muncul bayangan Ina dibelakang Douglas.

“Siapa sebenenarnya kalian ini? Apa yang kalian inginkan.” Teriak Vando.

“Kematianmu tuan muda Lazuardi.” Rintih Ina sambil mencekik leher Vando.

“Arggh… apa maksud lo? Lepasin gue!” teriak Vando dalam kesakitan.

“Dendam kami tidak akan terlepaskan sebelum kamu lenyap dari dunia ini.” Kata Ina mencengkram leher Vando semakin erat.

Detik-detik terasa sangat lamban bagi Vando sekarang ini, ajal sudah menjemputnya dan Vando meninggal dalam keadaan yang tragis. Seiring dengan kematian Vando koran-koran yang berterbangan mulai mendarat perlahan dilantai. Dan tertulis jelas kejadian pembantaian yang terjadi di SMA Negeri 10 yang di pimpin oleh orang pribumi bernama Suhaimin Mahathir Lazuardi yang tidak lain adalah kakek kandung Vando Aviaresky Lazuardi.



 T A M A T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar