ELANG
Jam menunjukkan pukul 5
pagi, mentari mulai beranjak dari ufuk timur memberikan senyumannya untuk menyapa semua mahluk hidup di muka bumi ini
dan membangunkan orang-orang dari dunia mimpi. Ayam-ayam saling bernyanyi
bersahutan menambah kekhasan suasana di pagi ini. Harumnya embun pagi
memberikan semangat baru di hari ini. Sejenak kupandang langit yang mulai
menguning dari jendela kamarku, langit terlihat cerah dan tampak bersahaja. Aku
harap hari ini bisa sesahaja langit pagi.
Kulihat
bunga warna-warni yang terlihat indah dari atas sini. Itulah yang membuatku
merasa betah tinggal di kota ini. Aku tinggal seorang diri di kota Bandung,
jauh dari orang tua dan sanak saudara di Jakarta. Teman-temanku biasa
memanggilku Agan. Walau sebenarnya namaku jauh dari kata itu. Aku terlahir
dengan nama Elang Phalanges. Ibuku memberi nama seperti itu karena berharap aku
akan menjadi anak yang kuat seperti cengkraman elang. Ya, tentu saja. Semua
orang tua jelas mengharapkan seorang anak laki-laki yang kuat.
Terlepas dari semua
itu. Aku akan menceritakan sedikit tentang kehidupanku di masa-masa peralihanku
dari remaja menuju dewasa ini. Masa-masa yang banyak dibilang orang adalah
masa-masa yang paling menyenangkan. Masa-masa yang saat ini sedang kujalani
dengan penuh suka dan duka. Ku awali masa ini sebagai mahasiswa baru di salah
satu Universitas di Bandung. Seperti mahasiswa biasanya sebelum aku memulai
pendidikan di unversitas pilihanku, aku harus menjalankan Ospek yang tentunya
di bimbing oleh senior-senior yang menyebalkan.
Dengan
penuh kesabaran, dan Alhamdulillah akhirnya kegiatan orientasi berhasil ku
lalui. Senang rasanya telah melewati kegiatan itu, kegiatan yang membuatku
mengenal lebih jauh seluk beluk universitas ini dan membuatku
mengenal seseorang yang telah berhasil menarik perhatianku. Kurasa ini
memang terbilang singkat untuk memiliki rasa ketertarikan kepada wanita itu.
Namun, itulah yang sedang kurasakan saat ini.
Nama
gadis itu Vanilla, nama yang manis untuk gadis yang jauh lebih manis. Ia satu
jurusan denganku. Badanya cukup tinggi, kulitnya putih dan wajah menawan. Itulah yang membuatku terjatuh
akan rasa ketertarikan yang sangat dalam. Matanya yang jernih berbinar
membuatku terpikat akan keindahan yang telah Tuhan ciptakan ini.
Sebenarnya perjumpaanku
dan Vanilla untuk yang pertama kalinya bisa dibilang bukanlah pertemuan yang
indah. Saat itu hari ke tiga masa Orientasi, sekitar pukul 7 kami diwajibkan
berkumpul di gelanggang olahraga untuk melakukan olahraga pagi. Hari itu
Vanilla terlihat begitu mempesona. Warna kemerahan di pipinya membuat jantung
ini berdebar lebih kencang dan mambuat salivaku terasa sulit untuk ku telan
kedalam kerongkonganku.
Sekitar
15 menit aku menunggu teman-temanku yang lain. Saat semua mahasiswa baru sudah
berkumpul, panitia menyebutkan kegiatan olahraga pagi ini. Kali ini kami harus
berpasang-pasangan, sungguh sesuatu hal yang sangat membosankan. Aku memutuskan
untuk berdiri terdiam di tempatku berpijak. Aku fikir sesaat lagi akan ada
mahasiswa lain yang mengajakku untuk berpasangan dengannya.
Ku lirik jam tangan
yang selalu setia merekat di pergelangan tanganku ini. 10.. 20.. 30.. sudah 30
detik aku menunggu dan tidak ada seorangpun yang mengajakku untuk berpasangan
denganya. Sedangkan sudah hampir semua temanku pindah barisan ke sebelah kiri
bersama pasangan mereka masing-masing. Namun aku masih saja berdiri di tempat
awal tanpa bergeser satu inci-pun. Ah jangan-jangan jumlah kami ganjil. Oh
Tuhan jangan biarkan hal itu terjadi. Senior-seniorku pasti akan meledek,
mentertawakan, bahkan mengerjaiku habis-habisan jika aku tidak memiliki
pasangan.
Aku segera memutuskan
untuk membalikan badanku dan berharap masih ada orang yang berdiri di
belakangku. Dan ya, keberuntungan masih berpihak padaku. Ku lihat seorang gadis
yang sedang berjalan ke arah belakang menjauhiku. Oh tidak, ia sedang menuju ke
arah mahasiswa lain. Hanya tinggal kami bertiga yang belum memiliki pasangan.
Dan aku tidak mau menjadi mahasiswa yang tidak memiliki pasangan.
Tanpa berfikir panjang
ku langkahkan kakiku secepat kilat menuju gadis tersebut. Segera ku gapai
jemarinya yang terlihat bersih dan indah itu. Namun karena terburu-buru, aku
terlalu kencang menarik gadis tersebut dan terjadilah insiden yang cukup
memalukan. Gadis itu terjatuh tepat di hadapanku. Sebagai laki-laki yang selalu
ingin terlihat stay cool aku
merundukan diriku dan mengecek keadaanya.
“Lo gapapa?” Tanyaku
sambil menatap gadis itu.
“Auhh..”
Rintih gadis itu sambil memegang kearah kakinya yang terlihat sedikit memar.
“Sorry, gue gak
sengaja. Gue Cuma mau ngajak lo buat jadi pasangan gue.” Kataku. Tidak lupa ku
sematkan sebuah senyuman yang ku harap bisa menjadi sebuah senyuman yang indah
baginya.
“Em, iya gapapa. Tapi
kayanya gue terkilir deh.” Jawab gadis itu saat mencoba bangkit dari posisi
duduknya.
“Biar gue bantu.” Ku
rangkul gadis itu dan kubawanya ke unit kesehatan. “Oiya, siapa nama lo?”
Tanyaku.
“Vanilla.”
Pagi
itu terasa sangat indah bagiku, walau kejadian itu membuatku terkena hukuman
dari seniorku. Tapi itu bukan masalah untukku. Bahkan segala sesuatu yang
terjadi padaku hariini tampak positif bagiku. Terutama dimana perempuan itu
atau Vanilla mulai berteman denganku..What
a beautiful day!.
Sejak
saat itu lah aku mengenal seorang gadis yang mendekati sempurna bagiku. Waktu
terus berlalu, hubunganku dengan Vanilla kini terasa semakin dekat. Makin
banyak yang kuketahui tentang perempuan itu, dia sangat sederhana. Kebaikan
hatinya lah yang membuatku sangat antusias terhadap dirinya, hingga sesuatu
datang ke dalam pikiranku. Aku rasa, aku telah jatuh cinta pada mahluk Tuhan
yang satu ini.
Perasaan ini semakin
hari semakin kuat dan semakin besar tumbuh di hatiku. Vanilla juga selalu
memberi tanggapan baik tentang segala sesuatu yang ku mulai untuk mendekatinya.
Bahkan kini ia sudah berani bertanya tentang hal-hal yang kurasa sudah masuk
kedalam batas pribadiku. Aku fikir ia mulai menyukaiku.
Pernah suatu ketika
Vanilla memintaku memainkan sebuah lagu dengan gitar untuknya. Ia memintaku
merekamnya dan mengirimkannya melalui salah satu media sosial. Ia sangat
tertarik dengan permainan gitarku. Hingga ia mengajakku untuk menciptakan
sebuah lagu bersama. Harus ku akui Vanilla memang lihai dalam merangkai
kata-kata indah. Lirik lagu yang ia ciptakan bisa ku pastikan akan memikat hati
para pendengarnya. Ditambah suaranya yang merdu membuatku terpikat lebih jauh
pada dirinya.
Cintamu
tak akan pernah membebaskanku
Bagaimana
mungkin aku bisa mencari cinta yang lain
Saat
sayap-sayapku telah patah karenamu
Cintamu
akan tetap tinggal bersamaku
Hingga
akhir hayatku dan setelah kematianku
Hingga nanti tangan Tuhan yang akan
kembali mempersatukan kita
Betapa hati ini telah terpikat pada
sosok terang dalam kegelapan
Yang telah menghidupkan sinar redupku
Barisan kalimat
yang telah kami ciptakan selama kurang lebih seminggu ini kini telah menjadi
sebuah alunan yang terdengar indah. Lirik yang indah dan dinyanyikan oleh
wanita yang jauh lebih indah. Suaranya selalu terngiang di telinga hingga menyentuh
ke dalam hatiku. Liriknya pun terdengar seperti sebuah kode untukku. Sepertinya
ia memang telah memiliki perasaaan yang sama terhadapku.
“Suara lo
bagus.” Pujiku
“Ah, bagusan
juga permainan gitar lo.” Balasnya
“Oh iya,
sebenernya setiap malem sehabis kita bikin lagu. Gue selalu bikin lagu sendiri
loh. Mau dengerin gak?” Tanyaku.
Ya, sebenarnya
aku sudah lama membuat sebuah lagu yang memang ku persiapkan untuk Vanilla. Aku
sengaja membuatnya untuk menyatakan perasaannku kepadanya. Dengan mengumpulkan semua
rasa percaya diriku. Akhirnya aku memutuskan untuk menyanyikannya di hadapan
Vanilla. Aku akan menyatakan perasaanku kepadanya sekarang juga. Aku mulai
memetik satu-persatu senar gitar yang telah ku pegang sedari tadi. Perlahan,
tapi pasti. Dengan suara yang aku rasa memang tidak terlalu bagus ini aku mulai
menyanyikan lagu yang telah lama ku persiapkan. Tegang memang, namun aku
tetaplah harus menjadi seorang Elang Phalanges yang selalu terlihat stay cool.
Melodi ini milik kita berdua, dengarkanlah
dan kenang masa kita
Kini
waktu pun telah berlalu… Kau dihatiku…
Karena waktu tak pernah berhenti
berdetak waktu telah merubah segalanya
Dan semua tentangmu telah tertanam jauh
dihatiku…
Di hatiku kau tak akan berubah hanya
kamu tak akan pernah terganti
Lagu itu selalu ku ingat dan setiap ku
nyanyikan terbayang dirimu
Tak peduli waktu berlalu… Kau selalu di
hatiku…
Ku akhiri lagu
itu dengan sebuah senyum hangat. Senyum yang kurasa akan menjadi senyum
terindahku. Sebuah senyum dengan penuh dengan pengharapan. Ku perhatikan wajah
Vanilla mulai berubah. Aku rasa ia mengerti tentang apa yang kusampaikan
melalui lagu ini.
“Gimana, Van?
Mau kan jadi pacar gue?” Tanyaku langsung kepada intinya.
“Gue mau nanya.
Lo anggep apa kedekatan kita selama ini? Kalo lo anggep ini PDKT, lo salah. Lo
tau? Gue ngajak lo bikin lagu untuk apa?” Vanilla malah balik bertanya kepadaku
dengan tatapan yang benar-benar serius.
“…” Aku hanya
terdiam memandang Vanilla dalam keheningan.
“Lagu itu gue
ciptain buat hadiah annive gue sama pacar gue yang ke 3 tahun. Jadi tanpa gue
jawab pertanyaan lo, lo tau kan apa yang bakal gue ucap?” Kata Vanilla yang
berlalu pergi.
Kata-kata yang
keluar mulus dari bibir Vanilla memang sebuah kata-kata singkat untuk
menjelaskan semuanya. Namun, layaknya cengkraman elang, aku harus tetap kuat
menghadapi perempuan yang telah menghancurkan hatiku ini. Aku akan tetap
terlihat stay cool di hadapannya.
Karena itulah aku, Elang Phalanges.
*
TAMAT *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar