Rabu, 01 April 2015

Naskah Drama ---- OUR ADVENTURE

Masuk kelas 11 dapet tugas drama lagi. Alhamdulillah dapet kelompok yang klop banget. anaknya asik-asik dan bisa di ajak kerja sama semua. Ades, Apre, Ilham, Fawwaz, Niko, Selma, Daris, Diaz, Sinta, Muti, Bileh, Sani, sama Fira.  komunikasi juga nyambung terus. pingin bikin drama dengan tema mistery dan adventure. alhasil gue bikin drama kaya gini. 


OUR ADVENTURE 



Cerita ini berawal dari suatu malam yang gelap. Dihutan karet terdengar suara anak- anak remaja yang sedang mengisi  liburan mereka dengan acara camping bersama. Seperti camping pada biasanya, mereka menyalakan api unggun dan bernyanyi bersama.

Dimalam pertama, acara mereka berjalan lancar. Namun dimalam kedua acara mereka mulai menegangkan. Dimalam itu yang juga bertepatan dengan malam Jumat kliwon. Tiba-tiba saja Mutiara mendadak ingin buang air kecil, kebetulan Fira masih ada di dekat api unggun sambil menghangatkan badan.

Mutiara            : Fir, belum tidur?

Fira                  : Belum, emang kenapa ?

Mutiara            : Anterin gue ke sungai yukk kebelet pipis nih.

Fira                  : enggak ahh, takut  gue.

Mutiara            : Yah anterin gue dong, sebentar aja kok.

Fira                  : Udah si pipis disitu aja!

Mutiara            : Ah yang bener aja, nanti kalo ada yang ngeliat gimana?

Fira                  : Udah pada tidur semua kok, sana gih dari pada lo ngompol!

Mutiara            : Yaudah deh kalo lo gak mau nganterin gue, gue sendiri aja.

Fira                  : Yaudah gihh sana kalo berani, hati hati ada yang muncul yahh haha.

Mutiara            : Eh kalo gak mau nganterin gak usah nakut nakutin, fir.

Fira                  : Iya iya. Baper.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN


AAAAA !!!

Cerpen (Secret)

Secret


Lagi-lagi Vando harus menunggu jam pelaran fisika selesai agar bisa masuk kelas. Ya, hari ini Vando  telat untuk kesekian kalinya dan masih dengan alasan yang sama. Memang iman Vando  tidak cukup kuat untuk menahan hawa nafsunya menonton tim kesayangannya Real Madrid di lapangan hijau walau hanya di layar kaca.

Dengan berat hati Vando menuju lapangan upacara SMA Bougenville ini untuk meletakan kelima jarinya di ujung alis sebagai hukumannya hari ini. Teriknya matahari pagi cukup membuat Vando  merasa tidak nyaman hingga ia melihat seorang siswi yang mengenakan seragam putih abu-abu jalan tergesa-gesa melewatinya. ‘Cantik’ mungkin hanya itu yang ada di fikiran Vando  saat ini.

“Siapa dia? Kok gak pake baju batik? Cantik cantik salah kostum, malu-maluin aja. Apa dia anak baru ya? Kelas berapa? Hem gue harus tau siapa dia.” Batin Vando terus bertanya-tanya.

Jam istirahat tiba, kini saatnya Vando memulai aksinya untuk mencari siapa gadis yang sudah memenuhi fikiranya sejak pagi tadi. Vando mulai mencari dari kelas 10 sampai kelas 12, tapi nihil yang ia dapat. Ia tidak mendapatkan satu siswa pun yang mengenakan pakaian putih abu-abu. Bahkan sampai bel pulang sekolah berdering Vando belum menemukan gadis itu. Mau tidak mau Vando harus pulang tanpa bisa mengetahui siapa gadis itu. Namun, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Vando.

Cerpen (PHP)

PHP?
            Hari ini menjadi hari yang sangat melelahkan untuk dua orang sahabat yang selalu bersama ini, Brenda dan Alin. Bagaimana tidak? Hari ini mereka di sibukan oleh banyak tugas kelompok yang sangat memakan waktu. Sepulang sekolah mereka menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu tempat makan yang biasa mereka datangi. Sesekali mereka berbincang mengenai Vando, seorang siswa baru dikelas mereka.

“Lin, tadi waktu kerja kelompok Vando ngeliatin  gue gitu tau. Bikin gue geer aja, haha” Kata Brenda memulai pembicaraan.

“Dia suka kali sama lo, Bren.” Jawab Alin singkat.

“Woo ngarep banget itu sih gue haha. Vando ganteng banget, Lin.”

“Yaudah deketin lah.” Jawab Alin lagi yang disambut senyuman oleh Brenda.

Esok hari dan seterusnya Brenda mulai melancarkan aksinya untuk mendekati Vando. Brenda mulai mencari perhatian Vando dengan mengajaknya ke kantin atau sekedar menanyakan tugas. Semua sikap Brenda ditanggapi dengan baik oleh Vando. Ini membuka jalan Brenda untuk mendekati Vando. Bahkan kini Vando sudah mulai berani untuk menanyakan hal-hal yang bersifat privasi kepada Brenda.

Cerpen (ELANG)

ELANG

Jam menunjukkan pukul 5 pagi, mentari mulai beranjak dari ufuk timur memberikan senyumannya untuk  menyapa semua mahluk hidup di muka bumi ini dan membangunkan orang-orang dari dunia mimpi. Ayam-ayam saling bernyanyi bersahutan menambah kekhasan suasana di pagi ini. Harumnya embun pagi memberikan semangat baru di hari ini. Sejenak kupandang langit yang mulai menguning dari jendela kamarku, langit terlihat cerah dan tampak bersahaja. Aku harap hari ini bisa sesahaja langit pagi.

            Kulihat bunga warna-warni yang terlihat indah dari atas sini. Itulah yang membuatku merasa betah tinggal di kota ini. Aku tinggal seorang diri di kota Bandung, jauh dari orang tua dan sanak saudara di Jakarta. Teman-temanku biasa memanggilku Agan. Walau sebenarnya namaku jauh dari kata itu. Aku terlahir dengan nama Elang Phalanges. Ibuku memberi nama seperti itu karena berharap aku akan menjadi anak yang kuat seperti cengkraman elang. Ya, tentu saja. Semua orang tua jelas mengharapkan seorang anak laki-laki yang kuat.

Terlepas dari semua itu. Aku akan menceritakan sedikit tentang kehidupanku di masa-masa peralihanku dari remaja menuju dewasa ini. Masa-masa yang banyak dibilang orang adalah masa-masa yang paling menyenangkan. Masa-masa yang saat ini sedang kujalani dengan penuh suka dan duka. Ku awali masa ini sebagai mahasiswa baru di salah satu Universitas di Bandung. Seperti mahasiswa biasanya sebelum aku memulai pendidikan di unversitas pilihanku, aku harus menjalankan Ospek yang tentunya di bimbing oleh senior-senior yang menyebalkan.

Cerpen (Tak Bisakah...)


Tak Bisakah...

Mentari pagi ini terlihat begitu bersemangat menyinari bumi, menemani setiap langkahku menuju ke sekolah. Aku awali pagi ini dengan senyum indah untuk menyambut hari yang kuharap akan lebih indah. Aku percaya ketika semangat berkobar dalam jiwa, jalanan penuh kerikil pun akan terasa seperti permadani. Setiap rintangan pasti akan terasa mudah untuk kulewati.

Jarak dari rumah ke sekolahku memang tidak dekat. Butuh sekitar 90 menit untuk sampai ke sekolahku. Bangun pagi sudah menjadi rutinitasku. Jalanan yang padat, sudah menjadi teman setiaku. Rasa jenuh pun hampir setiap hari menghampiriku. Rasanya bosan harus melewati jalanan yang selalu dipadati kendaraan. Ditambah lagi tugas sekolah yang selalu mengalir tanpa henti. Huuhh.. butuh kesabaran lebih untuk menghadapi itu semua.

Namun, di tengah-tengah kesibukan dan kepenatanku. Tuhan masih sangat berbaik hati karena telah menciptakan seseorang yang dapat sedikit menghapus rasa jenuhku. Dia salah seorang seniorku di organisasi sekolah, namanya Lintang. Menurutku, Kak Lintang memang tidak begitu tampan. Matanya tidak bersinar, pipinya tidak merona, hidungnya juga tidak terlalu mancung. Namun menurutku, perpaduan keseluruhannya membuat suatu keindahan yang mendekati kesempurnaan.

Cerpen (HE IS?)

HE IS?

Malam akan segera berakhir. Jam beker telah bernyanyi gembira sejak 10 menit lalu. Semburat kuning yang terlihat sejuk merangkak ke atas kasurku seakan membangunkanku. Indah pagi ini membuatku ingin memeluk kesegaran dunia. Perlahan kulangkahkan kakiku ke arah jendela kamar. Terlihat jalanan yang agak besar di bawah sana mulai memadat seperti biasanya. Ya, rutinitas kota Jakarta sudah dimulai. Aku harus bersiap untuk menghadapi sesuatu yang mungkin akan terjadi padaku hari ini.

Namaku Ayas, lebih tepatnya Ayas Capela. Aku adalah seorang siswa kelas 11 di salah satu sekolah menengah atas swasta di Jakarta. Kehidupan sebagai seorang siswa adalah hal yang menyenangkan. Kewajibanku hanya belajar, belajar, dan belajar. Walau rasa jenuh sering kali menghampiri, namun sebagai siswa aku memiliki obat tersendiri. Hobi dan kecintaanku terhadap futsal membuat rasa jenuh sering kali melangkahkan kakinya untuk meninggalkanku.

Hari ini aku dan sahabatku akan menguji kemampuan bermain futsal dengan teman-teman lainya. Tim kami akan melawan tim futsal dari sekolah negeri yang letaknya tidak berjauhan dari sekolahku. Ini bukan kali pertama kami bertanding melawan mereka. Namun, hasrat untuk mengalahkan mereka selalu berkobar di hati kami.