Jumat, 14 Maret 2014

Naskah Drama ---- Go to Hell


Cerita dalam bentuk drama ini gue buat untuk memenuhi salah satu syarat pelantikan pin anggota SANGGAR SENI CELOTEH SMA NEGERI 1 TAMBUN SELATAN angkatan 16. Mungkin yang lagi nyari naskah drama dengan tema misteri bisa nyontoh (copy) naskah ini wkwk. Ceritanya dimulai di suatu sekolah SMA dimana terdapat 7 orang siswa bersahabat. Namun persahabatan yang berjalan indah selama 4 tahun berubah menjadi suram ketika dua diantara mereke mencintai wanita yang sama. Banyak teman-teman yang prihatin dengan persahabatan mereka sehingga ikut campur didalamnya. Setelah kejadian itu, banyak teman mereka yang meninggal dengan cara yg tidak wajar. Sehingga menimbulkan banyak pertanyaan. Dan bagaimana kasus ini terungkap? Apa hubungannya dengan 7 orang bersahabat dan masalah percintaan nya? READ MORE :))



-Pemeran-

Rafi           : Laki-laki berwajah manis kelas 10 SMAN 1 Tambun Selatan yang memiliki 6 orang sahabat, yaitu ; Revky, Seto, Jadid, Aggi, Trisna, dan Kevin. Kini Rafi sedang tertarik dengan seorang siswi bernama Selma.

Revky     : Sabahat Rafi sejak SMP hingga sekarang. Revky merupakan orang yang kurang terbuka di komunitas ini. Ia dan sahabat-sahabat Rafi yang lain ingin mendekatkan Rafi dengan Selma. Namun Revky berbeda dengan sahabat-sahabat Revky yang lain. Ada apa dengan Revky?

Seto           : Sahabat Rafi yang benar-benar mencintai solidaritas. Laki-laki yang selalu stay cool ini tidak suka dengan orang yang suka  mengusik kehidupan dan persahabatnya.

Jadid      : Sahabat Rafi yang tidak terlalu suka berdebat. Laki-laki berhidung mancung ini diam-diam menyukai Nyssa.

Aggi         : Sahabat Rafi yang selalu ada satu langkah dibelakang Rafi. Ia merupakan sahabat terdekat Rafi, setelah Revky tentunya.

Kevin        : Sahabat Rafi yang gak suka ngambil pusing segala hal yang melibatkan orang lain. Ia lebih suka memikirkan suatu masalah secara individual.

Trisna      : Di bilang sahabat, iya. Tapi ia lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-teman yang lain. Di sini ia hanya dekat dengan Revky.

Anisa    : Teman Rafi cs . Perempuan cantik yang narsis ini suka sirik sama perempuan-perempuan lain yang deket sama Rafi cs.

Indri          : Teman Rafi cs dan sahabat Anisa. Ia adalah perempuan dengan wajah good looking yang memiliki emosional cukup tinggi dan mudah terpancing dengan hal-hal kecil.

Yolan        : Teman Rafi cs dan sahabat Anisa yang simple dan panikan. Karena rasa paniknya ini ia sulit untuk percaya dengan orang lain dan sering menarik kesimpulan sendiri.

Elisa          : Teman Rafi cs dan Sahabat Anisa yang memiliki sifat tidak jauh dengan Indri. Ia juga memiliki emosional yang mudah terpancing dengan hal-hal kecil.

Nyssa        : Teman Rafi cs dan sahabat Anisa. Ia paling tidak suka jika dirinya dimasukan kedalam suatu masalah yang tidak ada hubunganya dengan dia. Ia adalah perempuan yang disukai Jadid.

Pertiwi      : Teman Rafi cs dan sahabat Anisa yang sebenarnya lebih dekat dengan Nyssa disbanding sahabat-sahabat yang lainnya.

Selma        : Perempuan cantik yang satu memiliki hati yang lembut dan tutur kata yang sopan. Ia adalah orang yang disukai Rafi. Namun apakah ia memiliki perasaan yang sama dengan Rafi?

Zata           : Perempuan lembut yang satu ini tidak suka kekerasan dan perselisihan. Ia juga merupakan sahabat Selma.

Azri           : Sahabat Selma dan Zata yang sedikit berbeda. Ia memiliki emosional yang cukup tinggi dan tidak suka dengan orang yang menjahili teman-temanya.

Sese          : Sahabat Selma dan Zata juga. Namun ia sama seperti Azri. Ia juga memiliki emosional yang mudah terganggu.

Vico           : Kepala Sekolah SMAN 1 Tambun Selatan yang tampan dan bijaksana. Ia selalu serius dalam bertutur kata.

Collin        : Polisi dengan badan tinggi besar yang memiliki sifat ramah dan tegas ini sedang bertugas untuk mengusut kasus  langka yang kini terjadi  di SMAN 1 Tambun Selatan.

Meilita       : Memerankan 2 peran. Pertama sebagai siswi biasa dan kedua sebagai polisi yang membantu Collins menyelesaikan kasus yang terjadi.

Citra          : Memerankan 2 peran. Pertama sebagai siswi biasa dan kedua sebagai guru cantik yang ramah. Namun layaknya guru pada umumnya, ia tidak suka dengan keributan siswa di sekolah.

Tsuraya    : Memerankan 2 peran. Pertama sebagai siswi biasa dan kedua sebagai guru SMAN 1 Tambun Selatan yang lemah lembut.

Ghaizain: Ibunda Selma yang sedikit arrogant namun penyayang. Jika ia tidak suka dengan seseorang, ia tidak akan memperbolehkan Selma untuk bergaul dengannya.

Anggi        : Ayahanda Selma yang tegas dan gagah berani. Ia memiliki emosi yang tinggi layaknya seorang ayah pada umumnya.


DAN INILAHHHH NASKAHNYAA!!! :))) 




GO TO HELL


Pagi ini suasana yang berbeda terjadi di SMA Negeri 1 Tambun Selatan. Tidak seperti hari biasanya yang sepi dan hening karena sekarang hari minggu yang artinya sekolah libur. Namun pagi ini suara teriakan dan alunan music terdengar di lapangan. Ya, hari ini sedang diadakan acara Festival Seni di sekolah. Semua kelas memberikan satu perwakilan untuk perform pada kesempatan kali ini. /Jadid dan Tsuraya bernyanyi bersama/

Citra           : Mei, banyak banget ya ternyata karya anak bonlap. Mulai dari dance, nyanyi, cheers, band, puisi dan masih banyak lagi karya yang udah kita saksiin tadi ya.

Meilita        : Iya Cit. udah semua juga kita tampilin. Berarti ini saatnya kita harus closing acara nih, Cit.

Citra           : Iya. Gak kerasa ya udah harus closing. Padahal masih pingin ngeliat aksi anak bonlap nih.

Meilita        : Tahun depan mungkin ya, Cit. Haha

Citra           : Iya bener. Oke makasih buat temen-temen yang udah seruin acara Festival Seni tahun ini dan semoga ini bukan acara Festival terakhir ya, Mei.

Meilita        : Wes iya jangan dong. Sampai jumpa tahun depan di acara Festival Seni 2015 dengan karya-karya seni yang lebih keren lagi ya pastinya.

Citra & Meilita            : Byeeee….

Acara hari ini berjalan lancar. Semua anak bonlap mulai berhamburan keluar sekolah

Seto            : Raf, Selma sendirian tuh kayanya.

Rafi             : Mana mana?

Jadid           :Tuh elah masa gak keliatan. Idung doang lo mancung, masa Selma segitu gak 
keliatan.
 Rafi             : Ye tempe, ngeliat gak ada hubunganya sama idung kali. (menjitak Jadid)
Aggi            : Yaudah kebanyakan ngomong lo ah. Deketin sana
Kevin          : Tau lo lama, keburu gue yang nyamperin nih
Rafi             : Ye kenapa jadi lo yang ngeburu-buru
Trisna        : Yaudah sana, lama lu minyak tawon. (mendorong Rafi dan Rafi mendekati Selma)
Rafi             : Hey, Selma. Mau pulang ya?
Selma         : Iya, Rafi.
Rafi             : Bareng gue yuk
Selma         : Ehm
Rafi             : Yaudah ayo (menarik tangan Selma)
Ghaizain     : Heh mau dibawa kemana anak saya?
Rafi             : Eh tante. Maaf tante niatnya mau nganter Selma pulang aja kok gak mau ngapa-ngapain. Sumpah deh hehee
Ghaizain     : Selma saya jemput.
Rafi             : Eh iya tante. Ini selmanya saya balikin. Maaf ya tante. Heheee (Teman-teman Rafi menertawakan Rafi dari jauh dan rafi kembali ke tempat)
Seto            : hahaahaa kocak lo (menjitak Rafi)
Rafi             : Ah udah udah ayo pulang aja.
Rafi, Revky, Seto, Jadid, Aggi, Trisna, dan Kevin memang bersahabat sejak lama. Mereka 7 bersahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Mereka saling membantu dalam hal apapun. Dan misi yang sedang mereka jalankan saat ini adalah mendekatkan Rafi dengan Selma.
Keesokan paginya sekolah kembali seperti biasa. Jam masih menunjukan pukul 06:15. Sekolah masih sangat sepi dan tidak seperti biasanya Rafi, Seto, Jadid, dan Kevin sudah ada dikelas. Hanya ada mereka berempat dikelas dan dengan tas Revky tentunya karena Revky selalu datang pagi-pagi sekali setiap harinya.
Kevin          : lah ini tas si Revky ada. Tapi orangnya mana?
Jadid           : Gatau udah biarin aja. Ke kantin aja yuk gue laper.
Semua        : ayo (dijalan ketemu Revky & Selma berpegangan)
Kevin          : Eh eh bentar itu liat deh
Seto            : Lah, Raf. Itu Revky sama Selma bukan sih?
Jadid           : Deketin yuk (mendekat dan menguping)
Revky         : Selma, kayanya aku gabisa gini terus. Aku juga gak enak sama Rafi. Kamu tau kan dia suka sama kamu?
Selma         : Iya tapi aku gak suka sama dia. Aku sukanya sama kamu, Rev. Aku Cuma sayang sama kamu. Bukan sama Rafi.
Revky         : Iya aku ngerti. Aku juga sayang sama kamu. Tapi aku sahabatan sama Rafi udah lama. Aku gak tega kalo harus nyakitin Rafi kaya gini terus. Selama ini yang tau hubungan kita Cuma Trisna.
Selma         : Jadi mau kamu gimana?
Revky         : Kita udahan aja ya
Selma         : Tapi …
Revky         : Maaf, Sel. Rafi sahabat aku. Aku gabisa … (Rafi datang dan menonjok Revky)
Rafi             : Sahabat? Mana sahabat? Makan tuh sahabat. (Pergi meninggalkan Revky dan Selma)
Jadid           : Itu yang namanya sahabat? (mendorong bahu Revky)
Kevin          : Baru tau ada sabahat kaya gini (semua pergi dan tatapan Seto yang paling tajam)
Rahasia yang di simpan rapat-rapat oleh Revky sudah terbuka lebar. Sama halnya dengan air didalam balon karet yang  tertusuk jarum. Semuanya sudah terbongkar dan memojokan Revky. Kini hanya ada Trisna yang masih menemani Revky.
Sementara itu berita ini sudah tersebar keseluruh sekolah. Bagaimana tidak, persahabatan Revky dan Rafi sudah terkenal dimana-mana dan kini mereka bermusuhan hanya karena seorang wanita. Sungguh bukan hal yang elegan untuk membuat suatu persahabatan hancur seperti ini.
*kantin*
Yolan           : Jadi berita itu bener, Raf?
Rafi              : Yah begitulah.
Anisa            : Keterlaluan emang si Selma.
Indri             : Iya bisa-bisanya dia ngehancurin persahabatan kalian.
Elisa             : Jadi sekarang lo masih suka sama Selma
Rafi              : Entahlah
Pertiwi         : Tapi sebenernya bukan Selma yang keterlaluan.
Nyssa           : Iya. Revky lah yang kebangetan. (seto datang dengan minuman)
Seto              : Yaudahlah guys gausah dibahas dulu kali. (Rafi pergi)
Kevin           : Mau kemana, Raf? (Kevin, Aggi, dan Jadid mengikuti Rafi)
Seto              : Tuhkan. Lo sih pada bawel (ikut pergi)
Elisa             : Sumpah ya gue kesel banget sama Selma. Sok cantik banget tu orang sampe bikin masalah gini.
Anisa            : Emang, mending juga kalo dia cantik kaya gue. (Indri menyenggol bahu Anisa)
Indri             : Ye lagi serius ini.
Yolan           : Tapi emang kebangetan banget sih tu anak.
Elisa             : Kita harus kasih pelajaran sama anak itu
Pertiwi         : Hey guys. Kesalahan bukan Cuma ada di Selma kali
Nyssa           : Iya Revky juga salah. Malahan menurut gue dia yang paling bersalah.
Elisa             : Yaudah kalo gitu dua duanya harus kita kasih pelajaran. (Selma, sese, Zata, dan Azri lewat)
Indri             : Eh kebetulan banget nih ada orangnya.
Yolan           : Heh sini lo cewe tengil
Elisa             : Lo mau sok cantik hah sampe bikin temen gue pada berantem? (mendorong Selma)
Azri              : Heh ganjen lo kalo gatau apa-apa gausah ikut campur
Anisa            : Emangnya lo tau apa hah?
Sese             : Kita gak ada urusan ya sama kalian
Zata              : Udah, Se. mending kita pergi aja jangan cari masalah.
Azri              : Orang ini duluan yang cari masalah (nunjuk Elisa)
Yolan           : Gausah nunju-nunjuk temen gue!
Sese             : Kenapa lo gak suka hah! (bertengkar, Selma dan Zata meleraikan, Pertiwi dan Nyssa diam)
Bu Tsuraya : Hei ada apa ini! (Semua diam, Pertiwi dan Nyssa kabur)
Semua          : Maaf bu
Bu Tsuraya : Semua ikut ke ruangan saya
Semua          : Iya bu.
Bu Tsuraya : Kalian ini disekolahkan agar menjadi orang yang berpendidikan. Bukan orang yang tidak tahu etika seperti tadi.
Azri              : Tapi mereka duluan bu
Bu Tsuraya : Saya tidak bertanya siapa yang duluan yang saya lihat kalian seperti anak TK yang berebut mainan. Kalian tidak malu dengan diri kalian sendiri hah?
Semua          : iya maaf bu.
Bu Tsuraya : Sekarang kalian ke toilet wanita dan bersihkan sampai tidak ada noda sedikitpun.
Yolan           : Tapi bu.
Bu Tsuraya : Kenapa? Kurang? Kalau begitu bersihkan juga toilet laki-laki sepulang sekolah nanti. Masih ada yang mau menawar?
Semua          : Tidak bu.
Bu Tsuraya : Yasudah tunggu apa lagi?
Sungguh hari yang meyebalkan untuk Yolan, Indri, Elisa dan Anisa, untuk Zata, Azri, Sese, Dan Selma juga tentunya. Hari yang seharusnya mereka habiskan dengan belajar dikelas harus digantikan dengan membersihkan kamar mandi yang kotor dan bau. Kebencian kepada Selma semakin tersirat dihati Yolan dan kawan-kawan.
/kegiatan membersihkan kamar mandi/
Jam sudah menunjukan waktu pulang sekolah. Namun masih ada pekerjaan yang menunggu Yolan beserta teman temannya dan juga Selma beserta sahabatnya. Ya, mereka masih memiliki hukuman untuk membersihkan toilet laki-laki yang tentunya lebih kotor dan jorok dibandingkan toilet yang mereka bersihkan tadi.
Selma            : Udah bell tuh. Bersihin toilet cowo yuk biar cepet. (menarik tangan Zata)
Anisa             : Eh jiwa office girl nya keluar ya mba? (Yolan, Elisa dan Indri tertawa)
Sese               : Heh lo gausah cari ribut lagi ya.
Azri                : Gausah songong lo.
Zata               : Udah ayo jangan rebut lagi. (menarik Azri dan Zata)
*Kamar mandi laki-laki*
Azri                : Sumpah ya ngeselin banget tu orang
Zata               : Udahlah biarin
Sese               : Eh ngomong-ngomong Selma mana ya? Kok gak dateng dateng.
Zata               : Kayanya masih di kamar mandi cewe. Biar gue susul (menyusul Selma)
*kamar mandi perempuan*
Zata               : Aaaa!!! (Sese dan Azri datang)
Sese & Azri   : Kenapa? (melihat Selma) Selmaaa!!! (Selma tergeletak tak bernyawa)
Azri                : Ini pasti mereka. (pergi ke kantin)
Sese               : Lo lapor guru cepet. (menyusul Azri)
*kantin*
Azri                : Heh iblis lo apain temen gue hah! (mendobrak meja)
Yolan             : Apaan sih!
Sese               : Gausah pura-pura! Lo keterlaluan tau gak! (menangis, menampar Yolan dan semuanya berdiri)
Yolan             : Apa maksud lo! (menjambak Sese)
Anisa             : Lo mau main-main hah! (Menjambak Azri)
Bu Citra         : Berhenti kalian. Semuanya ikut ke kantor kepala sekolah. (semuanya mengikuti)
Pak Vico        : Saya sudah dengar kenakalan kalian tadi siang. Itu masih bisa saya toleransi tapi yang ini tidak. Ini tindakan criminal kalian tahu!
Elisa               : Loh emangnya kenapa pak?
Nyssa            : Saya gak ikut campur pak. Tadi siang aja saya gak berantem pak.
Pertiwi          : Iya saya juga enggak pak.
Indri              : Yaudah lah pak kita juga kan udah dihukum terus kenapa lagi.
Pak Vico        : Kenapa lagi kata kalian? Selma meninggal dan kalian bilang kenapa lagi.
Semua          : HAH?
Pak Vico      : Kalau terbukti kalian ada dibalik semuanya pihak sekolah tidak akan membela kalian sedikitpun
Yolan           : Me.. meenninnggall ppakk?
Ghaizain      : Kenapa pak? Anak saya kenapa? (datang tergesa bersama Anggi Bu Citra dan Bu Tsuraya menenangkan)
Anggi           : Mana anak saya? Sekolah macam apa ini hah! Bagaimana bisa saya mendengar kabar bahwa anak saya meninggal haah! (mendobrak meja pak Vico)
Pak Vico      : Bapak tenang dulu pak. Kami sedang menyelidiki kasus ini.
Anggi           : Saya menyekolahkan anak saya disini bukan untuk ini. Saya bisa menuntut sekolah ini! (Menangis sambil menarik kerah pak Vico)
Pak Vico      : Sabar pak. (melepas perlahan tangan Anggi) sebaiknya kita menunggu polisi datang ke ruangan ini pak.
Anggi           : Bagaimana saya bisa tenang kalau begini hah!
Bu Citra       : Sabar ibu. Maaf kami lalai menjaga anak ibu
Bu Tsuraya : Sabar ya bu kita tunggu polisi saja.
Suasana terasa sangat tegang. Terutama untuk Yolan, Indri, Anisa dan Elisa. Saat ini mereka lah yang paling mungkin menjadi sasaran tuduhan. Pertiwi dan Nyssa? Mereka masih bisa menyanggah karena mereka tidak terlalu bermasalah dengan Selma. Tapi itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka bukanlah pelakunya.
Collins          : Selamat sore. (masuk keruangan bersama Melito)
Anggi           : Sore pak. Jadi bagaimana?
Collins          : Maaf pak. Tapi kami menemukan sehelai kain yang kemungkinan besar digunakan pelaku untuk membunuh anak bapak. (Collins memperlihatkan kain yang dibungkus oleh plastic)
Anggi           : Jadi anak saya beneran dibunuh pak? Bukan terpeleset atau apa? (Ghaizain semakin histeris)
Melito          : Dan kami juga menemukan ini. Ini memperkuat dugaan bahwa anak bapak telah dibunuh. (menuntujukan secarik kertas)
Anggi           : ‘Go to Hell’ apa apaan ini? (marah)
Pak Vico      : Apa pelakunya tidak meninggalkan jejak?
Collins          : Untuk saat ini kami belum menemukan sidik jari atau jejak lainya.
Melito          : Tapi kami akan terus menyelidiki kasus ini dan kami harap bapak Vico dapat berkerjasama untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar esok hari.
Pak Vico      : Pasti pak, saya akan meliburkan sekolah. Yang penting kasus ini selesai
Anggi           : Saya minta bapak menyelidiki teman-temanya juga. (Melirik teman-temanya)
Suasana semakin menanas. Ketegangan berpadu dengan rasa takut juga duka disini. Sesuatu yang seharusnya tidak terjadi telah terjadi. Dan kini mereka mencoba menjernihkan fikiran mereka masing-masing dan memutuskan untuk membicarakan hal ini dengan Rafi dkk di sebuah café.
Rafi              : Tolong jelasin ke gue apa yang sebenernya terjadi? Kenapa kaya gini?
Yolan           : Sumpah, Raf gue gak ngapa-ngapain.
 Nyssa          : Apalagi gue, gue gak ngerti sama sekali apa yang terjadi
Pertiwi         : Iya kita berdua gak tau apa-apa. Kita aja gak kena hukum
Aggi              : Tapi disekolah Cuma ada kalian sama satpam dan penjaga sekolah.
Jadid            : Dan dari tadi itu kita ngobrol sama mereka nungguin kalian di pos satpam.
Kevin           : Iya jadi gak mungkin kalo satpam.
Indri             : Jadi maksud kalian. Kalian nuduh kita?
Seto              : Bukanya nuduh, ya kita mau klarifikasi aja.
Anisa            : Tapi daritadi juga kita bareng-bareng mulu. Jadi gak mungkin lah salah satu atau salah banyak dari kita yang ngelakuin.
Elisa             : Iya abis bersihin kamar mandi cewe kita langsung ngobrol sama Nyssa dan Pertiwi di kantin. (Revky dan Trisna datang)
Revky           : Heh pecundang. Lo apain Selma hah! (menarik kerah Rafi)
Rafi              : Apaan si, Rev. Gue gatau apa-apa. (Seto ingin menghajar Revky namun ditahan Aggi dan Kevin)
Revky           : Siapapun yang ngebunuh Selma gue yakin dalangnya elo. Iblis tau gak lo! (menonjok Rafi)
Jadid            : Eh lo gausah songong. Lo emang udah bener-bener lupa ya sama persahabatn kita! (Menarik kerah Revky dan menjauhkan Revky dari Rafi)
Trisna          : Alah gausah banyak omong lo. Gausah lo belain tuh sampah! (Menonjok Jadid dan Jadid membalas)
Kevin           : Apaan si kalian semua. Kampungan tau gak
Trisna          : Alah banyak omong lo. (Trisna adu otot dengan Jadid dan seto) (Revky adu otot dengan Rafi)
Aggi              : Harusnya kita omongin pake kepala dingin guys jangan gini.
Revky           : Gimana pun gue akan selidikin kasus ini. Dan kalo terbukti lo dibalik semuanya. Gue bunuh lo! (melempar Rafi dan Rafi terjatuh)
Trisna          : Awas lo semua (Pergi)
Persahabatan yang sudah mereka jalin dengan harmonis selama 4 tahun sekarang telah berubah menjadi permusuhan hebat. Miris rasanya melihat anak-anak SMA ini. Karma kah atau cobaan kah?
Malamnya Yolan dan Anisa menemui Seto, Rafi dan Aggi di café yang mereka datangi tadi siang.
Rafi              : Kenapa lo ngajak kita ketemuan?
Yolan           : Sebenernya gue curiga sama Pertiwi atau enggk Nyssa
Seto              : Hah kenapa mereka?
Anisa            : Kan gue bareng-bareng mulu sama anak-anak. Tapi kita gak bareng sama Pertiwi dan Nyssa.
Aggi              : Hem bisa si. Tapi mereka kan gak ada masalah sama Selma.
Yolan           : Kalian gak tau kan kalo Pertiwi sebenernya suka sama Revky. Jadi bisa aja dong Nyssa bantuin Pertiwi buat musnahin Selma.
Anisa            : Dan dia selalu bilang ‘kita gatau apa-apa. Kita kan gak punya masalah’ itu sebenernya buat nutup-nutupin kedoknya dia aja.
Rafi              : Tapi masa mereka tega sih
Yolan           : Dalam situasi kaya gini kita gabisa gampang percaya sama orang. Karena pelakunya pasti ada diantara kita.
Nyssa dan Pertiwi adalah dugaan pertama mereka. Dengan alasan Pertiwi menyukai Revky sebagai landasan utama mereka. Dan sudah dua hari mereka libur, hari ini mereka harus berangkat sekolah lagi seperti biasanya. Namun hari ini sekolah sepi karena banyak siswa dan siswi yang masih takut perihal peristiwa lusa. Bahkan beberapa anak sudah pindah ke sekolah lain.
*kamar mandi laki-laki*
Trisna          : Lo udah gak apa-apa kan Rev?
Revky           : Masih gak ikhlas sih. Tapi gue coba buat ikhlas. Yang terpenting sekarang gue harus menguak kasus ini. Gue gabisa tinggal diam, Na. Lo mau kan bantu gue.
Trisna          : Pasti. (keluar)
Jubah           : Halo Revky cowok sok hebat yang pingin menguak kasus ini. Coba dong tunjukin, katanya mau menguak kasus ini.(masuk)
Revky           : Siapa lo hah? Lo cewe apa cowo sih? Hah! Banci lo pake topeng-topengan.
Jubah           : Penasaran ya. Emang suara gue gak jelas? Gausah penasaran sayang, nanti matinya gak tenang
Revky           : Jangan macem-macem lo iblis.
Jubah           : Enggak macem-macem. Cuma satu macem kok. Hahaaa (mengeluarkan pisau)
Revky           : Turunin tuh piso. Pengecut lo
Jubah           : Siapa pengecut hah! (menodongkan pisau tepat di depan mata Revky)
Revky           : Jangan macem-macem lo! Toloonggg… (Jubah menutupi Revky dan Revky teriak)
Jubah           : Selamat bermimpi panjang sayangggg. Hahaaa (meninggalkan secarik kertas di kepala Revky)
Lagi, peristiwa kelam kembali terjadi di sekolah ini. Sekarang Trisna, Rafi, Elisa, dan yang lainya di panggil ke ruang kepala sekolah. Tegang? Sudah pasti.
Bu Citra       : Ibu sudah dengar peristiwa di café kemarin.
Bu Tsuraya : Dan ibu yakin ini berhubungan dengan peristiwa kemarin.
Bu Citra       : Sangat mungkin pelaku yang sekarang sama dengan pelaku kemarin.
Bu Tsuraya : Iya sangat masuk akal. Revky ingin menguak kasus ini dan sekarang dia dibunuh oleh pelakunya.
Bu Citra       : Sekarang siapa yang mau menjelaskan.
Yolan           : Iya kami emang ada masalah kemarin di café. Tapi kita bukan orang dibalik ini semua, Bu. Percaya sama kami.
Pertiwi         : Bu, saya sama Nyssa gak tau apa-apa, Bu.
Nyssa           : Iya, Bu. Kami gak ada hubunganya sama ini semua. (Anisa, Yolan, Rafi, Seto, dan Aggi melirik Nyssa dan Pertiwi lalu mereka saling pandang)
Anisa            : Enak aja lo. Lo juga bagian dari kita. (Nyssa dan Pertiwi diam) (Pak Vico, Collins, dan Melito masuk)
Collins          : Sudah jelas pelakunya sama.
Melito          : Ini kertas bertuliskan ‘Go to Hell’ yang sama dengan kemarin.
Pak Vico      : Tapi siapa pak? Bagaimana bisa berkeliaran di sekolah ini? Pasti orang itu adalah bagian dari sekolah ini.
Collins          : Kami belum tahu pasti. Namun kami akan membawa adik-adik ini untuk di interogasi lebih lanjut di kantor polisi
Semua          : Hah!!!
Seto              : Tenang aja. Kalian gausah takut kalo kalian merasa gak salah.
Setelah menjalani beberapa pemeriksaan yang sudah berlangsung sekitar 4 jam. Polisi menyatakan Nyssa dan Pertiwi tidak bersalah. Tentu hal ini membuat Anisa, Yolan, Rafi, Seto dan Aggi keheranan. Dugaan mereka yang salah atau Nyssa dan Pertiwi yang terlalu cerdas untuk mengelabuhi polisi. Entahlah ..
Collins          : Pemeriksaan hari ini saya tunda sampai besok pagi.
Meilito         : Kalian harus datang kesini lagi besok pagi.
Anisa            : Lalu Nyssa dan Pertiwi?
Collins          : Mereka sudah terbebas
Yolan           : Gak bisa gitu dong pak. Mereka harus di selidiki lagi.
Meilito         : Sudah sebaiknya kalian pulang.
Di perjalanan pulang Yolan dan Anisa masih sangat tidak percaya dengan keputusan polisi yang menyatakan Nyssa dan Pertiwi terbebas dari dugaan. Sementara siapa lagi yang berpotensi untuk melakukan itu semua kalau bukan mereka. Mereka adalah orang yang paling mungkin melakukan ini semua.
Yolan           : Gue yakin banget kalo Nyssa dan Pertiwi dibalik ini semua.
Indri             : Yol, lo kenapa sih segitunya sama mereka. Kita sahabatan sama mereka juga udah lama yol. Lo tau kan mereka anak baik.
Anisa            : Tapi siapa lagi kalo bukan mereka? Orang itu antara kita semua Ndri.
Elisa             : Iya kalian jangan asal tuduh. Malah harusnya bagus dong kalo Nyssa dan Pertiwi lolos. Jadi cepet ketauan siapa pelaku sebenarnya.
Rafi              : Kalian itu bawel tau gak. Posisi kita itu gak aman kita semua bisa dituduh walau bukan kita pelakunya.
Jadid            : Iya jadi gausah saling tuduh disini.
Kevin           : Kalo udah terbukti bukan Nyssa yaudah berarti emang bukan mereka. Lagian kata lo Pertiwi suka sama Revky jadi gak mungkin dong dia ngebunuh Revky.
Yolan           : Keadaan udah mendesak. Daripada dia ketauan mending sekalian musnahin Revky kan.
Jadid            : Tapi gak masuk akal, Yol.
Anisa            : Ah terserah kalian deh kalo gak percaya. Ayo, Yol. (manarik tangan Yolan)
Malam ini cukup panjang untuk mereka semua. Mereka terus membicarakan semua kemungkinan yang terjadi sepanjang perjalanan hingga akhirnya perempatan jalan harus memisahkan mereka semua. (Anisa, Yolan, Aggi lurus. Kevin, Seto, Rafi, Jadid ke kiri. Indri dan Elisa ke kanan)
Elisa             : Gue heran kenapa Anisa sama Yolan nuduh Nyssa dan Pertiwi
Indri             : Gue juga heran. Padahal kan Nyssa sama Pertiwi udah baik banget sama kita.
Elisa             : Gak mungkin banget kalo mereka yang ngelakuin kan.
Indri             : Apa mungkin sebenernya Yolan sama Anisa pelakunya? Jadi mereka nuduh Nyssa dan Pertiwi buat nutupin kelakuan mereka.
Elisa             : Hem bisa jadi. (jubah datang dan menusuk Indri dari belakang)
Jubah           : Selamat malam.
Elisa             : Sssii.. ssiiappa llo?
Jubah           : Menurutmu?
Elisa             : Lo Anisa kan? Atau Yolan?
Jubah           : Sepertinya bukan.
Elisa             : Jadi? Pertiwi? Gue gak nyangka lo yang… (Menusuk Elisa dan melemparkan secarik kertas)
Hari ini suasana duka menyelimuti mereka semua. Jenazah Elisa dan Indri sudah dimakamkan. Ini sebuah pertanyaan besar mengapa bisa mereka menjadi sasaran berikutnya.
Aggi              : Gue gak ngerti kenapa bisa Elisa dan Indri kena juga. Emang mereka ada hubunganya sama ini semua?
Kevin           : Iya kalo kematian Revky masih masuk akal tapi Elisa Indri? Gue agak bingung.
Yolan           : Guys yang terlintas di otak gue itu Zata, Azri dan Sese. Bisa aja mereka dendam karena kematian Selma jadinya dia bunuh Revky Elisa dan Indri pake cara yang sama kaya Pertiwi ngebunuh Selma.
Jadid            : Yol. Please jangan tuduh Pertiwi sama Nyssa mulu.
Anisa            : Heh Jadid. Gue tau ya lo suka sama Nyssa tapi semua kemungkinan bisa terjadi sekarang. Jadi mending lo diem.
Seto              : Tapi kayanya ada benernya yang dibilang Yolan. Selama ini kita Cuma berfikir kalo pelakunya diantara kita. Gimana kalo ternyata bukan diantara kita?
Rafi              : Kita harus cari tau. Seto lo kan ahli kaya gini-gini, jadi gue serahin ke lo ya.
Seto              : Weseh siap boss. Tapi gue butuh bantuan kalian.
Hari itu juga mereka mengajak Zata, Azri, dan Sese untuk  mengklarifikasi kejadian ini.
Azri              : Jadi maksud kalian gue yang ngebunuh temen-temen lo?
Sese             : Heh titisan dajal! Harusnya gue yang nuduh lo atas kematian Selma.
Yolan           : Heh manusia berlendir. Lo jangan asal ngomong.
Azri              : Bener kan? Siapa lagi kalo bukan kalian.
Anisa            : Oh jadi kalian nuduh kita terus sekarang kalian balas dendam ke temen-temen kita? Hah! (menjambak Azri, Azri membalas)
Keadaan yang harusnya diselesaikan dengan kepala dingin malah menjadi panas karena saling tuduh. Rafi, Seto, dan Zata hanya bisa melerai sambil mengamati setiap kata yang keluar dari mulut Azri dan Sese. Dengan nada bicara dan cara melafalkan kata-kata yang agak sulit dan dibuat-buat membuat Rafi mulai mencurigai Sese dan Azri sebagai pembunuh Elisa dan Indri. Tapi bagaimana dengan orang yang membunuh Selma dan Revky? Sepertinya bukan mereka.
Jadid            : Mungkin gak sih, Vin. Nyssa sama Pertiwi pelakunya?
Kevin           : Gak mungkin. Gue gak percaya kalo lo bilang gitu. Polisi aja bilang enggak kan.
Jadid            : Iya, Vin. Gue juga gak percaya banget. Tapi kayanya Seto, Rafi, sama Aggi percaya deh.
Kevin           : Ya berarti kita harus bikin mereka buat gak percaya aja. Udah gampang.
Jadid            : Yaudah gue duluan ya mau nganter nyokap dulu. (jaded pergi menjauh dan seseorang melempar batu. Jadid terjatuh. Jubah datang menusuk Jadid. Jadid teriak. Kevin menoleh)
Kevin           : Jadiiiiddd.. (mendekat)
Jubah           : Hai Kevin. Apa kabar? Semoga lo baik baik aja sebelum akhirnya tidak baik. Hahaaa
Kevin           : Siapa lo?
Jubah           : Tidak adakah pertanyaan lain? Mengapa semua menanyakan siapa gue? Kalian kan udah kenal gue. Haahaahaa … (Menusuk Kevin)
Sore harinya jenazah Kevin dan Jadid di makamkan. Keadaan ini semakin membuat bingung Rafi dkk. Setelah Elisa dan Indri sekarang Jadid dan Kevin. Apa sebenarnya alasan sang pembunuh melakukan ini.
Rafi              : Apa sebenernya maksud semua ini? Awalnya Cuma masalah kecil tapi kenapa sekarang kaya gini.
Aggi              : Gue gak terima ini semua. Ini gara-gara lo, Raf! Kalo lo gak minta kita buat ngejauhin Revky semuanya gak akan kaya gini! Kalo lo bisa terima Selma pacaran sama Revky semuanya pasti baik-baik aja (Menarik kerah Rafi, marah dan mengeluarkan air matanya)
Rafi              : Gue juga gak tau, Gi. Kalo akhirnya kaya gini. Gue minta maaf.
Aggi              : Maaf kata lo hah? Emang maaf lo bisa bikin semua temen-temen kita hidup lagi hah! (nonjok Rafi)
Seto              : Udah, Gi. Tenang.
Aggi              : Diem, Seto. Gue mau hajar anak ini.
Anisa            : Udah, Gi. Emang dengan lo mukulin Rafi masalah bisa selesai?
Yolan           : Kemarahan lo juga gak bisa bikin temen-temen kita hidup lagi kan? Kemarahan lo gak guna!
Hari ini mereka kembali dipanggil ke kantor polisi untuk melakukan menyelidikan. Namun kali ini Anisa meminta agar Azri, Zata dan Sese juga ikut diperiksa. Ya, sekarang Anisa, Yolan, Rafi, Seto dan Aggi bukan hanya menyelidiki satu sisi. Tapi mereka menduga bahwa pelaku pembunuhan Selma dan Revky bukanlah orang yang sama dengan pembunuh Elisa Indri dan Kevin Jadid. Namun saat mereka tiba di Kantor Polisi mereka telah mendapati Nyssa dan Pertiwi disana.
Rafi              : Loh kok ada kalian? Bukanya kalian udah bebas?
Pertiwi         : Gatau gue dapet telfon dari polisi suruh kesini.
Yolan           : Haha bankai sedalem apapun di kuburnya akan tetep kecium baunya.
Collins          : Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kami harus menahanPertiwi, Nyssa, Azri dan Zata. Banyak data yang menyatakan bahwa kalian pelakunya.
Azri              : Tapi pak. Bukan saya sumpah.
Nyssa           : Saya juga gak tau apa-apa pak.
Meilito         : Itu bisa diselidiki lagi nanti. Tapi kami harus menahan kalian karena kami menemukan sidik jari kalian di beberapa barang bukti.
Zata              : Dimana pak? Saya tidak melakukan apa-apa pak.
Zata, orang yang selama ini polos ternayata di curigai polisi sebagai pelaku dibalik semuanya. Sekarang mereka berkumpul dan bertanya-tanya didalam hati mereka masing-masing.
Aggi              : Gue fikir sese tapi ternyata zata. Gak nyangka gue.
Yolan           : Gue juga gak nyangka. Tapi begitulah hidup terkadang gak bisa ditebak.
Rafi              : Yaudah ayo kita pulang.
Malam ini sebuah pertanyaan besar masih bersarang di otak mereka semua. Bagaimana mungkin seorang Zata yang polos malah diduga polisi sebagai pelaku dibalik semua sedangkan Sese yang mereka curigai bebas begitu saja. Namun ada kepuasan tersendiri karena akhirnya polisi juga menahan Nyssa dan Pertiwi. Kali ini perjalan mereka hening tanpa ada yang membuka suara. Sampai perempatan yang biasa mereka lewati kembali memisahkan mereka.
Seto              : Duluan ya (belok ke kiri bersama Rafi)
Semua          : Iya hati-hati.
Aggi              : Yol, Nis. Gue juga duluan ya. Kalian hati-hati pelakunya belum tentu udah dipenjara semua.
Anisa            : Iya, Gi. Lo juga hati-hati.
Aggi berbelok di gang rumahnya. Bayang-bayang kematian teman-temannya masih memenuhi fikiranya.
Jubah           : Hai, Aggi.
Aggi              : Siapa lo?
Jubah           : Masa gak kenal? Hahaa
Aggi              : Alah banyak omong lo. Atau jangan-jangan elo yang udah ngebunuh temen-temen gue!
Jubah           : Gimana kalo gue bilang iya?
Aggi              : Sialan (maju dan ingin menonjok jubah namun jubah menusuk Aggi)
Jubah           : Bodoh. (menjatuhkan secarik kertas di tubuh Aggi dan pergi)
Keesokannya Rafi, Seto, Anisa dan Yolan kembali ke kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan setelah prosesi pemakaman Aggi selesai. Mereka di hantui rasa kebingungan yang teramat besar. Azri, Zata, Pertiwi, dan Nyssa sudah di amankan polisi. Tapi mengapa pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi. Di kantor polisi juga sudah ada Sese yang terlebih dahulu di interogasi oleh polisi.
Collins          : Dari data yang kami dapatkan. Saudari sese merupakan pelaku pembunuhan saudara Aggi. Pisau yang digunakan pelaku bersidik jadi milik saudari sese.
Yolan           : Jadi sese yang ngelakuin semua ini pak?
Meilito         : Tidak, bukan hanya saudari sese. Karena pada barang bukti lain menunjukan sidik jari Zata dan Azri.
Rafi              : Lalu bagaimana dengan Nyssa dan Pertiwi.
Collins          : Mereka diduga sebagai membunuh saudari Selma dan saudara Revky.
Anisa            : Jadi bener pak, yang membunuh Selma Revky dan yang lainya berbeda?
Meilito         : Dugaan sementara pembunuhan saudari Selma adalah dilandasi kecemburuan. Sementara yang lain adalah motif balas dendam.
Seto              : Jadi sudah terbukti pak kami tidak salah?
Collins          : Untuk saat ini kalian tidak bersalah.
Rafi              : Makasih pak
Kepergian Aggi dan teman-teman lainnya masih meninggalkan luka teramat dalam untuk Rafi, Seto, Yolan, dan Anisa. Bagaimana tidak, seminggu yang lalu mereka masih bersenda gurau bersama namun sekarang semuanya terasa sepi. Pembunuhan demi pembunuhan yang dijelaskan polisi tadi membuat hati mereka lebih terisis. Sahabat mereka dibunuh oleh sahabat mereka yang lain. Sungguh situasi yang benar-benar tidak dapat digambarkan oleh kata-kata.
Rafi              : Gue rasa masalah udah selesai. Kita tinggal coba buat ikhlas sama apa yang udah terjadi.
Anisa            : Gak secepet itu, Raf.
Yolan           : Gue masih belum bisa ikhlasin semuanya.
Seto              : Perlahan lo harus bisa ikhlas, Yol.
Sore ini dihabiskan oleh Rafi, Seto, Anisa dan Yolan untuk sekedar duduk di taman menghilangkan stress yang ada di fikiran mereka masing-masing. Hingga adzan magrib menyadarkan mereka dari lamunanya.
Rafi              : Pulang yuk (Tanpa jawaban mereka semua pergi)
Mereka masih sibuk dengan fikiranya masing-masing. Rafi terdiam, entah apa yang ada di fikiranya. Sedangkan Anisa merangkul Yolan yang masih menangis. Keadaan ini bertahan hingga perempatan jalan kembali memisahkan mereka.
Rafi                : Gue duluan (belok kiri)
Seto               : Gue juga duluan (belok kanan)
Anisa             : Hati-hati
Rafi                : Kalian juga
Jubah             : Hai, Raf. Kata siapa ini udah berakhir?
Rafi                : Hah! Siapa lo hah?
Jubah             : Gue bosen sama pertanyaan itu. Lo gak bisa nanya yang lain? Coba Tanya ke gue lagi apa? Udah makan belum. Hahahaa
Rafi                : Jangan main-main. Siapa lo hah? (suara kencang, Yolan dan Anisa datang)
Yolan             : Rafi!!!
Anisa             : Heh siapa lo?!!
Jubah             : Ngapain kalian hah? Jangan mendekat atau sahabat lo yg tampan ini gak akan jadi tampan lagi. Hahaaa (Mencengkram leher Rafi dari belakang dan menunjukan pisau di wajah Rafi)
Yolan             : Please siapaun elo jangan sakitin temen gue!
Anisa             : Belum puas lo bunuh temen-temen kita? Hah!
Jubah             : Temen-temen? Gimana kalo lo sebut mereka sebagai penghianat? (melepaskan topeng)
Semua           : SETO?
Yolan             : Gimana bisa elo seto? Lo yang selama ini gue anggep paling baik.
Seto               : Gue emang baik, Yol. Dan gue gasuka kejahatan. Makanya gue membunuh orang-orang jahat. Hahahaa
Anisa             : Lo fikir pembunuhan gak jahat hah!
Seto               : hem kayanya enggak. Hahaaa
Rafi                : Tapi kenapa lo lakuin ini, Seto?
Seto               : Kenapa? Sebenernya lo yang gue incer, Raf. Makanya gue jadiin lo yang terakhir. Biar lo bisa liat kematian mereka satu persatu. Hahahaa
Rafi                : Gue? Gue salah apa sama lo, Seto?
Seto               :Masih gak sadar hah! (menjambak Rafi) Persahabatan kita itu mulus-mulus aja sebelum akhirnya lo suka sama Selma. Lo gak sadar kan sejak saat itu lo mulai lupa sama kita semua dan Cuma mikirin Selma doang?
Rafi                : Oke sorry masalah itu.
Yolan             : Tapi kenapa lo bunuh mereka yang gak bersalah, Seto?
Seto               : Semua yang gue bunuh bersalah yolannn! Hahaha
Anisa             : Salah apa, seto?
Seto               : Selma. Orang pertama yang gue bunuh jelas paling salah. Dia yang udah bikin persahabatan gue rumnyam. Revky, dia penghianat bodoh yang ternyata udah pacaran sama Selma. Apalagi dia mau menguak kasus ini. Dia penghalang
Yolan             : Elisa? Indri?
Seto               : Karena mereka udah bikin kalian ragu buat mencurigai Nyssa dan Pertiwi. Kalo kalian gak mencurigai Nyssa dan Pertiwi. Gue bisa ketauan dong, hahaha
Anisa             : Tapi gimana sama Kevin dan Jadid?
Seto               : Ya jelas. Jadid suka sama Nyssa udah pasti dia akan belain Nyssa terus dan gue gamau ketauan Cuma gara-gara Jadid dan Kevin. Jadi gue biarin mereka ketemu sama yg lain di neraka. Hahahaa
Rafi                : Lo keterlaluan, Seto. Terus kenapa lo bunuh Aggi?
Seto               : Dia perusak. Dan gue muak sama tingkah Aggi.
Yolan             : Tapi gimana bisa polisi malah mencurigai Pertiwi, Nyssa, Zata, Azri dan sese?
Seto               : Itu gampang Yolan. Gue tinggal pake sapu tangan Zata buat ngebunuh Selma. Dan piso yang ada sidik jari Pertiwi, Nyssa, Azri dan Sese kan? Hahaha. Padahal gue udah nunjukin jejak kertas itu buat kalian. Tapi kalian gak sadar. Bodoh, hahahaa
Anisa             : Oke, Seto. Kalo emang lo ngerasa kita punya salah sama lo kita minta maaf. Kita bisa temenan kaya dulu lagi. Tapi sekarang lepasin Rafi.
Seto               : Kalian mau Rafi? Ini (menusuk perut Rafi dan mendorongnya ke Anisa dan Yolan)
Yolan & Anisa            : Rafiiii!!! (menangis)
Yolan             : Lo keterlaluan, Seto.
Seto               : Inilah hidup, kadang gak bisa kita tebak. Bukanya itu kata-kata lo, Yol? Hahaa
Anisa             : Gak gini caranya Seto!
Seto               : Oiya nis. Lo masih mau berteman sama gue kaya dulu kan? Gue tunggu lo nis. Hahahaa (menusukan pisau ke perutnya sendiri)
Yolan & Anisa            : Setooo!!!
Yolan             : Lo bodoh, Seto. Lo bodoh! (menangis di hadapan Seto)
Seto               : Kalo kita gabisa bersahabat kaya dulu lagi di dunia. Kita bisa bersahabat di neraka. Gue tunggu lo Yol. (memberi pisau ke Yolan)
Anisa             : Seto bener Yol. Gak ada gunanya gue didunia ini tanpa mereka semua. Gue mau susul mereka. (mengambil pisau di tangan seto)
Yolan             : Enggak nis! Enggak! (memeluk anisa dan menahan anisa)
Beberapa lama kemudian Polisi yang dapat laporan dari warga sekitar datang dan mengamankan semuanya. Kini tinggal Yolan, Anisa, Pertiwi, Nyssa, Zata, Azri, dan Sese yang tersisa. Menjalani kehidupan mereka selanjutnya dengan pengalaman buruk yang tidak akan pernah mereka lupakan. Kini mereka mulai bersahabat dan memperbaiki hubungan mereka yang dulu tidak menyenangkan. Kehidupan ini memang keras. Orang yang selalu ada untuk kita bukan berarti yang terbaik untuk kita.
Perhatikan sekitar anda. Apakah sahabat anda adalah orang terbaik dalam hidup anda? Tetap waspada karena inilah hidup. Tidak ada yang bisa menebaknya.






 --- The End ---







1 komentar: