MAWAR
Tak perlu sungkan untuk pergi, tak
perlu malu untuk kembali
Bak setangkai mawar yang mencoba
bertahan di pohon berduri
Bertahan walau di terpa badai
kesepian
Terik matahari pun tak
menghalangi ketegarannya
Angin malam yang dingin telah menjadi
teman sehari-hari
Embun pagi hanyalah sapaan yang
kian datang dan pergi
Semua di lewati walau penuh keluh kesah selalu berbisik di dalam
hati
Tak pernah merasakan keceriaan dalam setiap gelak tawa orang
sekitar
Selalu terlihat indah meski terasa sakit untuk bermekaran
Mencoba tegar dalam setiap musim yang terus berganti
Menantikan seseorang datang dan memetiknya
Namun sayang, ia tak kunjung
datang
Kini sang mawar telah lemah tak
bisa bertahan dalam gelapnya malam
Hingga kelopak demi kelopak
dipanggil oleh tanah merah
Berjatuhan bagai hujan di musim
kemarau
Mawar yang cantik telah lelah, namun ia tak
bisa menyerah
Kelopak putih menjadi cokelat, batangnya pun
kian menghitam
Yang ia nantikan tak kunjung datang
Tak ada yang memetiknya apalagi menyiram dan
merawatnya
Biarkan saja…
Biarkan mawar itu habis ditelan
hujan
Biarkan mawar itu jatuh tanpa
ada yang menopang
Tidak perlu kau fikirkan!
Ia telah
membusuk dan mengering
Jangan kau urusi!
Jangan kau tangisi!
Dan tak ada yang perlu kau sesali!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar