Kamis, 27 November 2014

PUISI MAWAR



MAWAR


Tak perlu sungkan untuk pergi, tak perlu malu untuk kembali

Bak setangkai mawar yang mencoba bertahan di pohon berduri

Bertahan walau di terpa badai kesepian

Terik matahari pun tak menghalangi ketegarannya

Angin malam yang dingin telah menjadi teman sehari-hari

Embun pagi hanyalah sapaan yang kian datang dan pergi



Semua di lewati walau penuh keluh kesah selalu berbisik di dalam hati

Tak pernah merasakan keceriaan dalam setiap gelak tawa orang sekitar

Selalu terlihat indah meski terasa sakit untuk bermekaran

Mencoba tegar dalam setiap musim yang terus berganti

Menantikan seseorang datang dan memetiknya


Namun sayang, ia tak kunjung datang

Kini sang mawar telah lemah tak bisa bertahan dalam gelapnya malam

Hingga kelopak demi kelopak dipanggil oleh tanah merah

Berjatuhan bagai hujan di musim kemarau


                        Mawar yang cantik telah lelah, namun ia tak bisa menyerah

                        Kelopak putih menjadi cokelat, batangnya pun kian menghitam

                        Yang ia nantikan tak kunjung datang

                        Tak ada yang memetiknya apalagi menyiram dan merawatnya


Biarkan saja…

Biarkan mawar itu habis ditelan hujan

Biarkan mawar itu jatuh tanpa ada yang menopang


Tidak perlu kau fikirkan!

Ia telah membusuk dan mengering

Jangan kau urusi!

Jangan kau tangisi!

Dan tak ada yang perlu kau sesali!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar