Kamis, 08 Maret 2012

Puisi Berbentuk Prosa


Melody di Persimpangan Waktu




Ada orang yang selalu menceritakan tentang duka, tentang segala pedih yang menghimpitnya. Tentang kegagalan mencapai tujuan. Tentang kehilangan atas sesuatu yang pernah termiliki. Juga tentang keinginan yang tak kunjung berbuah kenyataan.

Ada yang tenggelam merisaukan sakit, dihimpit ketakutan bayangan kematian. Ada yang terbenam penyesalan, berselimut tanda tanya mengapa dan kenapa semua bisa terjadi. Seolah berharap waktu dapat berulang dan keadaan bisa diperbaiki. Ada pula yang masih bermandikan keraguan akankah semua berbuah manis semanis impian yang dirapalkan dalam doa doa di siang malam?


Genggam dunia dalam tanganmu, jangan simpan dalam hatimu. Karena tanpa dirisaukanpun kematian akan tetap datang menelan. Dan kegagalan adalah bahan mentah untuk hidangan manis yang harus diolah dengan kebesaran jiwa, agar kita mampu menikmatinya. Bukankah tanpa rasa gagal, kita tak pernah tahu manisnya hidup?

Biarkan keraguan menemanimu dalam gerimis agar kita tak lupa merapalkan doa doa pada Tangan yang lebih kuasa. Agar kita tak lantas besar kepala akan kebesaran diri yang cuma secuil andil kita di dalamnya. Agar kita tak lupa bahwa kita hanyalah setitik larva yang tercipta karena Karsanya.

Pada persimpangan waktu yang masih kau miliki masih kau bisa kau hirup masih bisa kau tulisi, nyanyikanlah serenada manis, semanis gerimis yang dapat dinikmati banyak orang. Semanis gerimis untuk mereka yang menggersang. Sesegar air untuk mereka yang kehausan. Untuk mereka, semua yang mengharapkanmu, membutuhkanmu, dan mencintaimu dengan caranya masing masing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar