Melody di Persimpangan Waktu
Ada orang yang
selalu menceritakan tentang duka, tentang segala pedih yang menghimpitnya.
Tentang kegagalan mencapai tujuan. Tentang kehilangan atas sesuatu yang pernah
termiliki. Juga tentang keinginan yang tak kunjung berbuah kenyataan.
Ada yang
tenggelam merisaukan sakit, dihimpit ketakutan bayangan kematian. Ada yang
terbenam penyesalan, berselimut tanda tanya mengapa dan kenapa semua bisa terjadi.
Seolah berharap waktu dapat berulang dan keadaan bisa diperbaiki. Ada pula yang
masih bermandikan keraguan akankah semua berbuah manis semanis impian yang
dirapalkan dalam doa doa di siang malam?
Genggam dunia
dalam tanganmu, jangan simpan dalam hatimu. Karena tanpa dirisaukanpun kematian
akan tetap datang menelan. Dan kegagalan adalah bahan mentah untuk hidangan
manis yang harus diolah dengan kebesaran jiwa, agar kita mampu menikmatinya.
Bukankah tanpa rasa gagal, kita tak pernah tahu manisnya hidup?
Biarkan keraguan
menemanimu dalam gerimis agar kita tak lupa merapalkan doa doa pada Tangan yang
lebih kuasa. Agar kita tak lantas besar kepala akan kebesaran diri yang cuma
secuil andil kita di dalamnya. Agar kita tak lupa bahwa kita hanyalah setitik larva
yang tercipta karena Karsanya.
Pada persimpangan
waktu yang masih kau miliki masih kau bisa kau hirup masih bisa kau tulisi,
nyanyikanlah serenada manis, semanis gerimis yang dapat dinikmati banyak orang.
Semanis gerimis untuk mereka yang menggersang. Sesegar air untuk mereka yang
kehausan. Untuk mereka, semua yang mengharapkanmu, membutuhkanmu, dan
mencintaimu dengan caranya masing masing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar